Sabtu, 29 April 2017

100 Hari Menjabat, Trump Presiden AS Paling Tak Disukai

Presiden Amerika Serikat Donald Trump merayakan 100 hari menjadi orang nomor satu di negara adidaya tersebut, Sabtu (29/4). Namun, soal prestasi, Trump masih jauh tertinggal dari pendahulunya, Barrack Obama.


Menurut polling CNN/ORC, di hari ke-100 menjadi presiden, Obama mendapat angka 62 persen atas kinerjanya dari masyarakat AS. Sementara, Trump hanya punya nilai 44 persen.

Angka itu merupakan yang terendah dari seluruh presiden AS di era modern, sejak Dwight Eisenhower. Trump berada 11 poin lebih rendah dibanding Bill Clinton, yang punya nilai kinerja 55 persen.

Nilai kinerja di bawah 50 persen itu, menurut polling, disebabkan dua isu utama yang menjadi prioritas Trump sejak menduduki kursi presiden, yakni jaminan kesehatan dan imigrasi.

Mengutip CNN, 6 dari 10 warga AS tidak setuju dengan cara Trump menangani dua isu tersebut. Keputusan Trump mengenai kedua permasalahan itu pun terus mendapatkan pemberitaan negatif sejak Januari, saat dia resmi menjabat.
Di sisi lain, banyak warga AS yang mengacungkan jempol atas intervensi Trump dalam urusan luar negeri. Sebanyak 52 persen warga menyetujui keputusan Trump atas serangan militer ke Suriah dan Afghanistan, serta caranya menangani Korea Utara. Mereka menyebut Trump menggunakan kekuatan militer negara secara bertanggung jawab.

Selain itu, dalam bidang ekonomi, Trump juga dianggap berhasil. Sebanyak 54 persen warga puas dengan ekonomi AS saat ini, dibanding tahun lalu.

Namun, mayoritas tetap melontarkan kritik terhadap kinerja Trump sebagai presiden. Sebanyak 55 persen warga menyebut pengusaha multisektor itu tidak banyak menaruh perhatian pada urusan dalam negeri yang lebih penting. Trump juga dianggap tidak efektif dalam bekerja, terutama soal menyusun kabinetnya.

Lainnya, sebanyak 52 persen menyebut Trump tidak menepati janji kampanye. Adapun, 62 persen warga berpendapat pemimpin dunia lainnya, tidak menaruh hormat pada Trump dan sebanyak 52 persen menganggap celetukan-celetukannya berbahaya bagi negara.

Kendati demikian, sebanyak 20 persen pendukung Trump masih percaya Sang Presiden akan berubah lebih baik di masa depan. Seperti Les Clark, 74, seorang eksekutif di industri minyak bumi dan gas.

“Trump bekerja dengan baik dan saya akan terus mendukungnya,” kata Clark, kepada AFP.

Clark, terutama senang dengan kembali bertumbuhnya industri minyak bumi dan gas berkat keputusan Trump menambah jumlah pipa kilang minyak Keystone XL, yang dulu ditentang Obama.

“Lebih banyak jaringan pipa, lebih banyak kilangnya. Itu yang kami harapkan,” kata dia.
Meskipun demikian, Clark sedikit khawatir soal Tembok Meksiko, yang dianggapnya bisa menyulitkan Trump.

“Saya mengerti tujuannya. Banyak orang imigran ilegal yang masuk lewat perbatasan,” sebutnya. “Tapi di sisi lain, itu bisa menyulitkan Trump jika dia terus berkeras.”

Sementara itu, mereka yang tidak menyukai Trump beralasan suami Melania Trump itu tidak bisa diandalkan. Hal tersebut terlihat dari penilaian soal atribut personal yang terus terjun bebas.

Kini, hanya 37 persen warga yang melihat Trump sebagai pemimpin yang jujur, turun dari 41 persen di bulan November. Nilainya sebagai ‘manajer’ yang efektif juga anjlok sebanyak 6 persen, dari 50 persen ke 44 persen. Hanya 37 persen warga yang percaya dia bisa menyatukan negara dan sebanyak 51 persen warga AS menyebut Trump akan membawa AS menuju kemunduran.

"Kebijakan dari pemerintahan ini tidak terlalu berbeda dengan yang dijanjikan. Kebijakannya mengerikan karena berasal dari kampanye mengerikan," kata Emilou MacLean, pengacara dan aktivis hak asasi manusia.

MacLean menyebut Trump bahkan lebih mengerikan dibanding George W Bush.

“Saat Bush terpilih, saya pikir dia adalah bencana dan itu benar. Tapi, Trump adalah bencana yang lebih besar dan itu menakutkan.”


Sumber : https://today.line.me/id/article/1e866225ca5421c725fd0376a6c0171a65f28c78aa94c1614c562f42bc975844