Banyak yang beralih ke rokok elektrik karena menganggap cara merokok seperti ini aman dan lebih trendi, tanpa mengurangi kenikmatan mengisap rokok tembakau itu sendiri. Tapi sayangnya, status keamanan rokok ini masih menuai pro dan kontra.
Kehadiran rokok elektrik, diistilahkan juga dengan e-cig, e-cigarette, vape, atau vaporizer, makin menarik perhatian dan animo masyarakat kalangan dewasa. Namun, sayangnya penggunaan alat ini masih disertai kontroversi terkait tingkat keamanannya.
Secara umum rokok elektrik memiliki tiga tipe yaitu rokok elektrik yang berbentuk seperti rokok tembakau, rokok elektrik yang lebih besar dengan tabung penyimpanan cairan, dan rokok elektrik terbaru yang terdiri dari mod, tabung cairan, dan baterai terpisah. Tipe ketiga merupakan tipe rokok elektrik yang sekarang banyak dijumpai dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan pengguna.
Menurut salah satu produsen pembuat rokok elektrik, produk buatannya lebih aman jika dibandingkan dengan efek merokok tembakau. Produsen juga menyatakan bahwa rokok elektrik bebas polusi udara dan tidak beraroma sebagaimana pembuangannya adalah uap, bukan asap.
Sebuah penelitian menemukan bahwa kadar racun dan zat pemicu kanker pada tubuh perokok yang telah beralih ke rokok elektrik selama >6 bulan jauh lebih sedikit ketimbang perokok tembakau. Dalam penelitian disimpulkan pula bahwa penggunaan rokok elektrik dinilai lebih aman dari sisi medis secara umum.
Rokok Elektrik sebagai Pengganti Rokok Tembakau
Bagi sebagian orang, rokok elektrik dijadikan sebagai alat untuk mengikis kebiasaan merokok tembakau. Berhasil atau gagal, satu hal yang pasti hingga kini belum ditemukan hasil penelitian yang menyatakan secara kompak bahwa rokok elektrik bisa mengurangi keinginan merokok tembakau.
Meski begitu telah ada penelitian yang menemukan bahwa efek menggunakan rokok elektrik bisa membantu seseorang berhenti merokok tembakau. Namun, manfaat ini tampaknya belum efektif bagi kalangan orang yang telah merokok tembakau selama lebih dari lima tahun.
Instansi yang sama juga mengemukakan bahwa penggunaan rokok elektrik bisa mengurangi pengonsumsian rokok tembakau pada penderita penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK).
Sebuah lembaga rumah sakit internasional menyatakan, jika ingin mengatasi kecanduan terhadap rokok tembakau memakai metode rokok elektrik, Anda disarankan untuk mengonsumsi rokok elektrik dengan kadar yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk menangkal efek kecanduan nikotin yang dapat muncul saat berhenti merokok. Mereka yang menggunakan rokok elektrik terlalu sedikit dan jarang memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk berhasil berhenti merokok tembakau.
Tingkat kesuksesan Anda bisa lebih tinggi jika mengombinasikan rokok elektrik dan bimbingan dari dokter.
Tanggapan Instansi Kesehatan Internasional dan Nasional
Menurut lembaga kesehatan di Amerika Serikat (CDC), satu hal yang perlu menjadi catatan di sini adalah klaim ‘lebih aman’ bukan untuk diasumsikan bahwa rokok elektrik tidak berbahaya untuk digunakan. Pada satu sisi, tingkat keamanannya masih diragukan. Lebih jauh lagi, efek dari penggunaan jangka panjang masih belum diketahui secara pasti.
Selain itu, ada temuan lain yang menyatakan bahwa cairan rokok elektrik mengandung racun dengan kadar tinggi dan zat yang berpotensi menyebabkan kanker. Zat-zat beracun dan nanopartikel yang terkandung di rokok elektrik berkemungkinan membunuh lapisan atas sel-sel kulit di rongga mulut.
Sebagian instansi internasional dan nasional turut memberikan tanggapan mengenai rokok elektrik.
World Health Organization (WHO)
WHO meminta produsen untuk tidak membuat klaim yang menyatakan bahwa konsumsi rokok elektrik adalah cara yang ampuh untuk menghentikan kebiasaan merokok tembakau.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Melihat beberapa efek negatif disertai bertambahnya peminat rokok elektrik, BPOM telah membuat kajian dan mendorong pihak terkait untuk menetapkan kebijakan atau regulasi pelarangan rokok elektrik.
Apa Saja Kandungan Cairan Berperisa pada Rokok Elektrik?
Rokok elektrik atau biasa juga disebut dengan sistem pengiriman nikotin elektronik (ENDS) adalah alat penguap bertenaga baterai yang dapat menimbulkan sensasi menyerupai merokok tembakau. Sebagian alat rokok elektrik pun berpenampilan selayaknya rokok konvensional.
Di dalam rokok elektrik terdapat tabung tertutup atau wadah terbuka berisikan cairan yang bisa diisi ulang. Cairan ini, umumnya dinamakan liquid, mengandung propilen glikol, gliserin, sejumlah bahan kimia, dan perisa tertentu. Sebagian dari produk-produk liquid rokok elektrik dapat ditambahkan zat nikotin dengan kadar yang bervariasi. Pada prosesnya, liquid yang ditampung di dalam rokok elektrik akan dipanaskan sehingga memunculkan uap. Uap inilah yang dihirup oleh pengguna.
Nikotin
Nikotin sebagai salah satu zat kimia yang terkandung di dalam liquid merupakan zat candu yang dapat ditemukan pula pada rokok tembakau. Efek candu dari nikotin berisiko memicu depresi atau uring-uringan ketika berhenti mengonsumsinya.
Selain itu, nikotin juga bisa membuat kepala menjadi pusing, tubuh gemetar, napas terengah-engah, kerusakan paru-paru permanen, dan berisiko lebih tinggi terjangkit kanker paru-paru.
Propilen glikol
Propilen glikol merupakan cairan buatan laboratorium yang pada dasarnya aman dikonsumsi. Namun, zat ini tetap berisiko mengiritasi paru-paru dan mata, serta tidak disarankan dikonsumsi oleh penderita asma karena berisiko menjadikan asma lebih parah.
Gliserin
Gliserin adalah cairan yang tidak berbau dan tidak berwarna. Cairan yang memiliki cita rasa manis ini secara garis besar aman dikonsumsi sebagai makanan, meski efeknya belum bisa dipastikan jika dihirup secara berlebihan.
Bahan-bahan kimia berstatus tidak aman
Sejumlah bahan kimia berbahaya yang bersembunyi di dalam cairan rokok elektrik adalah formalin, asetaldehida, akrolein, timah, timbal, dan merkuri. Jika dipanaskan, bahan-bahan kimia tersebut bisa membentuk aerosol sebagai zat yang bisa berbahaya bagi kesehatan.
Perisa
Liquid rokok elektrik diproduksi dengan ditambahkan berbagai cita rasa yang dapat dipilih sesuai selera, seperti rasa buah-buahan, kayu manis, cheesecake, hingga popcorn. Salah satu bahan kimia yang dipakai sebagai tambahan perisa adalah diasetil. Menghirup diasetil kerap dikaitkan dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Mengenai status keamanan rokok elektrik sejauh ini, terutama dampak penggunaan jangka panjang, masih menjadi bahan perbincangan di dunia medis karena klaim dari produsen belum sepenuhnya terbukti. Saran terbaik yang dapat dilakukan adalah menghindari sesuatu yang kebenarannya belum teruji secara pasti. Di lain sisi, jauh lebih baik jika kita bisa sepenuhnya tidak bergantung kepada rokok maupun rokok elektrik yang jelas-jelas mengandung nikotin dan zat-zat yang dapat merugikan kesehatan.
sumber : http://www.alodokter.com/apakah-rokok-elektrik-aman